FAST (Framework for the Application of Systems Techniques)
 
FAST, sama seperti metodologi komersil lainnya, mengandung fase pengembangan. Jumlah fase pada masing-masing metodologi berbeda-beda. Output dari metodologi pengembangan mana pun adalah solusi bisnis yang dapat membantu memecahkan masalah, peluang, dan lain-lain. Metodologi FAST mendukung sistem pengembangan dan tahap operasi dan pendukung dari siklus hidup sistem.
Berikut akan dijelaskan fase-fase yang digunakan dalam metode FAST.
Phase 1 : Preliminary Investigation Phase
Tahap ini merupakan tahap awal dari pengembangan sistem. Fase ini berisikan investigasi awal ketika ingin merancang sebuah sistem, seperti wawancara, tinjauan langsung dan mempelajari dokumen perusahaan.
Tujuan dari tahap ini ialah :
  • Menjawab pertanyaan mengenai apakah proyek ini cukup berharga untuk diperhatikan. Untuk menjawab pertanyaan ini perlu didefinisikan terlebih dahulu masalah, kesempata, dan resiko-resiko dalam melanjutkan proyek. Kerangka kerja PIECES dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan ini namun hasilnya bukanlah solusi permasalahan melainkan kategori-kategori masalah
  • (dengan asumsi bahwa proyek ini berharga untuk diperhatikan) menetapkan rincian proyek yang akan menetapkan lingkup, kebutuhan dan hambatan proyek, anggota proyek, biaya, dan jadwal.
Lingkup masalah yang ditetapkan dari tahap ini menyatakan seberapa besar proyek ini akan dilaksanakan. Dengan adanya lingkup seperti ini maka analis dapat menentukan tim proyek, estimasi biaya, dan menyiapkan jadwal untuk tahap-tahap selanjutnya. Kemudian akan ditentukan oleh pemilik sistem apakah ia menyetujui lingkup seperti ini dengan biaya dan jadwal yang telah dirancang atau lingkup yang ada perlu diperkecil lagi. Output dari tahap ini adalah project charter

Phase 2 : Problem Analysis Phase
Problem Analysis ialah menganalisa masalah-masalah yang terdapat di lapangan. Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap pertama. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap sistem yang telah ada saat itu. Tahap ini memberikan pemahaman yang lebih dalam bagi tim proyek mengenai permasalahan yang dihadapi. Analisis ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah keuntungan yang diperoleh setelah pemecahan masalah lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Input utama dari tahap ini adalah project charter dari tahap sebelumnya. Informasi yang digunakan dalam memperlajari permasalahan yang dihadapi adalah fakta-fakta yang terdapat dalam sistem, masalah, akibat, penyebab dari permasalahan, dan spesialis IT yang merancang sistem yang telah ada.
Output yang dihasilkan adalah system improvement objectives yang menyatakan kriteria bisnis yang akan digunkana untuk mengevaluasi sistem. Kadang-kadang dilakukan rpesentasi pada tahap ini.
Pada akhir tahap ini, pemillik sistem kembali akan memutuskan salah satu dari 3 alternatif  berikut :
  • Membatalkan proyek jika masalah tidak cukup berharga untuk dipecahkan
  • Menyetujui kelanjutan proyek
  • Memperkecil atau memperbesar lingkup dan menyetujui kelanjutan tahap berikutnya

Phase 3 : Requirement Analysis Phase
Requirement Analysis ialah melakukan analisa terhadap kebutuhan perusahaan. Tahap ini akan dilakukan bila  manajemen menyetujui untuk melanjutkan proyek. Pekerjaan pada tahap ini adalah mendefinisikan apa saja yang perlu dilakukan oleh sistem, apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pengguna dari sistem baru. Tahap ini memerlukan perhatian yang besar karena jika terjadi kesalahan dalam menerjemahkan kebutuhan dan keinginan pengguna sistem maka dapat mengakibatkan adanya rasa tidak puas pada sistem final dan perlu diadakan modifikasi yang tentunya akan kembali mengeluarkan biaya.
Input dari tahap ini adalah system improvement objectives yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini, tim akan mengumpulkan dan mendiskusikan kebutuhan dan prioritas berdasarkan informasi yang diperoleh dari kuesioner, wawancara, dan rapat-rapat. Tantangannya adalah untuk memvalidasi semua kebutuhan informasi.
Output yang dihasilkan dari tahap ini adalah business requirement statement. Tahap ini pun merupakan tahap yang penting karena dapat menimbulkan ketidakpuasan dari pengguna sistem yang merasa kebutuhannya tidak terpenuhi. Tim proyek harus dapat membedakan antara apa yang dibutuhkan oleh pengguna dan bagaiman sebaiknya sistem yang baru bekerja.

Phase 4 : Decision Analysis Phase
Decision Analysis ialah melakukan analisa terhadap keputusan yang akan diambil berdasarkan solusi-solusi yang ditawarkan.
Dalam analisis keputusan, umumnya terdapat berbagai alternatif untuk mendesain sistem informasi yang baru. Beberapa pertanyaan yang dapat membantu dalam proses analisis keputusan :
  • Berapa banyak sistem akan dikomputerisasi
  • Apakah kita sebaiknya membeli software atau mengembangkannya sendiri
  • Apakah kita sebaiknya mendesain sistem untuk jaringan internal atau berbasis web
  • Teknologi informasi apa yang dapat digunakan dalam apilkasi ini
Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengidentifikasi kandidat-kandidat solusi, menganalisis fisibilitas kandidat-kandidat tersebut, dan merekomendasikan kandidat yang akan dipilih.
Evaluasi kandidat dilakukan dengan memeriksa kriteria-kriteria berikut ini:
  • Technical feasibility : apakah solusi tersebut praktis? Apakah staff yang ada memiliki kemampuan untuk mendesain dan membangun solusi ini?
  • Operational feasibility : apakah solusi memenuhi kebutuhan pengguna? Pada tingkat berapa? Bagaimana solusi merubah lingkungan kerja pengguna? Bagaiaman perasaan pengguna mengenai solusi tersebut?
  • Economis feasibility : apakah solusi yang ada efektif dari segi biaya?
  • Schedule feasibility : apakah solusi dapat didesain dan diimplementasikan dalam periode waktu tertentu?
  • Risk feasibility : berapa probabilitas dari kesuksesan implementasi menggunakan teknologi dan pendekatan tertentu?
Tim proyek biasanya akan mencari solusi yang paling fisibel, yaitu solusi yang menghasilkan kombinasi terbaik dari kriteria-kriteria di atas. Output dari tahap ini adalah proposal sistem yang telah disetujui. Beberapa alternatif keputusan yang akan dihasilkan dalam tahap ini :
  • Menyetujui dan mendanai proposal sistem untuk didesain dan dikonstruksikan
  • Menyetujui dan mendanai salah satu dari alternatif solusi
  • Menolak semua kandidat solusi dan membatalkan proyek atau mengirimkannya kembali untuk rekomendasi yang baru
  • Menyetujui versi lingkup yang diperkecil dari solusi yang diajukan
Phase 5 : Desain Phase
Setelah diperoleh proposal sistem yang disetujui, maka dapat mulai dilakukan proses desain dari sistem target. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mentransformasikan business requirement statement menjadi spesifikasi desain untuk proses construksi. Dengan kata lain, tahap desain menyatakan bagaimana teknologi akan digunakan dalam sistem yang baru. Tahap ini memerlukan ide dan opini dari pengguna, vendor, dan spesialis IT.
Pada akhir tahap ini masih terdapat beberapa alternatif keputusan mengenai proyek walaupun pembatalan proyek jarang dilakukan pada tahap ini (kecuali benar-benar over budget atau sangat terlambat dari jadwal). Perubahan lingkup menjadi lebih kecil masih dapat terjadi. Selain itu, mungkin juga terjadi perubahaan ulang jadwal untuk menghasilkan solusi yang lebih lengkap.

Phase 6 : Construction Phase
Construction Phase ialah tahapan melaksanakan pengujian pada komponen sistem secara individu dan sistem secara keseluruhan.
Tujuan dari tahap ini adalah :
  • Membangun dan menguji sistem yang memenuhi business requirement dan spesifikasdi desain
  • Mengimplementasikan penghubung antara sitem baru dan sistem lama, termasuk instalasi dari software yang dibeli atau disewa
Pada tahap ini dilakukan konstruksi basis data, program aplikasi, dan penghubung antara sistem dan pengguna. Beberapa dari komponen ini telah ada sebelumnya.
Setelah dilakukan pengujian, maka sistem dapat mulai diimplementasikan.

Phase 7 : Implementation Phase
Implementation ialah menerapkan hasil rancangan yang telah disusun sedemikian rupa ke dalam sistem perusahaan untuk mendapatkan kondisi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Input dari tahap ini adalah sistem fungsional dari tahap konstruksi. Analis harus mampu menyediakan transisi yang sederhana dari sistem lama ke sistem baru dan membantu pengguna menghadapi masalah utama saat mulai menggunakan sistem baru. Selain itu, analis harus melatih pengguna, menuliskan cara-cara penggunaan manual, menginput file dan basis data, dan melakukan tes akhir. Pengguna sistem akan memberikan feedback bagi tim proyek sebagai masalah baru dan isu baru. Output dari tahap ini adalah sistem operasional yang akan memasuki tahap operasi dan pendukung dalam siklus hidup perusahaan.

Phase 8 : Operation and Support Stage Phase
Sistem pendukung : pendukung teknis berkelanjutan bagi para pengguna, seperti kebutuhan maintenance untuk memperbaiki kesalahan, penghilangan, dan kebutuhan-kebutuhan baru. Aktivitas-aktivitas dalam sistem pendukung :
  • Assisting users : tak peduli seberapa baiknya pelatihan yang diberikan pada pengguna, pasti tetap akan ada kebutuhan asistensi tambahan bagi para pengguna terutama saat muncul masalah baru, muncul tambahan pengguna, dan lain-lain
  • Fixing software, defects : memperbaiki kesalahan-kesalahan yang muncul saat operasional maupun pengujian
  • Recovering system : kegagalan sistem dapat menyebabkan terjadinya kehilangan atau ‘crash’ data yang memerlukan perbaikan pada sistemnya seperti pemasukan ulang file basis data dan merestart ulang sistem
  • Adapting the system to new requirements : kebutuhan yang selalu berkembang menimbulkan kebutuhan akan perbaikan berkelanjutan dalam sistem informasi agar sistem yagn ada dapat terus mengikuti perubahan yang sedang terjadi seperti munculnya kebutuhan bisnis baru, masalah teknis baru, atau kebutuhan teknologi baru.
Untuk melaksanakan aktivitas ini dibutuhkan feedback dari pengguna dan permasalah yang mengindikasikan waktu yang tepat untuk melaksanakanperbaikan dan pengembangan lebih lanjut.