contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

January 26, 2009


1. Pengertian

Kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient) pertama digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University, melalui riset yang sangat komperhensif. Pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spiritual di paparkan mereka dalam SQ, Spiritual Quotient, (The Ultimate Intelligence, London, 2000).

Pada tahun 1997 oleh ahli saraf VS Ramachandram dan timnya dari California University, menemukan eksistensi God Spot dalam otak manusia telah built in sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang terletak pada jaringan saraf dan otak. Sedangkan bukti yang kedua adalah riset ahli saraf Austria, Wolf Singer era 1990-an atas makalahnya; The Binding Problem, yang menunjukkan adanya proses saraf dalam otak manusia yang terkondisi pada usaha untuk menyatukan serta memberi makna dalam pengalaman hidup secara bersama untuk hidup lebih bermakna. Pada God Spot inilah sebenarnya terdapat nilai manusia tertinggi (the ultimate meaning).

Kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding yang lain. SQ (Spiritual Quotient) adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ (Intellegence Quotient) dan EQ (Emotionanal Quotient) secara efektif, bahkan SQ adalah kecerdasan tertinggi.

2. Kecerdasan Spiritual Sebagai Pusat Kecerdasan

Bumi-Ku tidak sanggup menampung-Ku dan tidak juga langit-Ku. Hanya hati hamba-Ku yang beriman sajalah yang sanggup menampung-Ku.” (Hadist Qudsi).

Segala apapun yang kita lakukan pasti akan didahului oleh niat (tujuan), dengan niat itu otak akan menimbang seberapa besar value yang akan ditimbulkan. Kecerdasan spiritual yang bertugas melakukan pertimbangan itu, karena itulah nilai kebaikan akan dimunculkan. Seseorang yang mampu menggunakan kecerdasan spiritual dalam dirinya pastilah akan memberikan sesuatu yang bernilai positif bagi dirinya dan orang lain, karena dia menggunakan kecerdasan akalnya dan didorong oleh kemauan yang keras dari kecerdasan emosinya dalam kendali dan pengawasan kecerdasan spiritual dalam dirinya.

Pada dasarnya semua manusia mempunyai kecerdasan spiritual yang sama, tapi yang membedakan adalah ada yang tidak memperdulikannya dan ada yang mengembangkannya. Oleh karena itu, orang yang mampu menggunakan kecerdasan spiritualnya adalah orang yang mendengarkan suara hatinya tidak mendahulukan ambisi atau nafsunya. Sesuai dengan firman Allah:

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari Bani Adam keturunannyadari sulbinya, dan menyuruh mereka bersaksi terhadap dirinya mereka sendiri (atas pertanyaan), “Bukankah Aku Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Ya, kami bersaksi!” (Yang demikian itu) supaya jangan kamu berkata di hari akhirat, “kami tiada mengetahui hal itu”. QS Al A’raaf 7:172.

Kecerdasan spiritual manusia adalah implementasi dari sifat-sifat Allah (Asma’ al-Husna) yang sebenarnya adalah landasan kebaikan hidup yang telah ditanamkan dalam diri setiap manusia. Dari landasan itu seharusnya manusia bisa memanfaatkan seluruh kecerdasan dirinya secara baik dan benar, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan dirinya maupun sekitarnya.

Kecerdasan spiritual dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, sebagai control rasa keingintahuan manusia terhadap sesuatu, tapi tidak membatasi rasa keingintahuan itu sendiri. Kecerdasan spiritual hanya mengarahkan cara-cara yang baik untuk memenuhi rasa keingintahuan manusia, sehingga tidak menimbulkan kerusakan terhadapkan manusia dan alam sekitarnya. Kecerdasan spiritual juga memberikan ruang untuk selalu member semangat dan menerima setiap kegagalan sebagai alat untuk melihat kedamaian melalui syukur dan ikhlas. Allah juga telah mengajarkan sesuatu yang manusia tidak tahu, supaya memberikan nilai manfaat melalui semua kejadian di sekitar manusia. Firman Allah:

“Bacalah! Tuhan-mu-lah yang Maha pemurah yang mengajar dengan kalam. Mengajar manusia apa yang tiada ia tahu.” QS Al Alaq 96:3-5.

Kecerdasan spiritual dalam kaitannya dengan kesuksesan, sebagai pengatur arah semangat dan motivasi dari dalam diri manusia untuk mencapai apa yang ingin dicapainya. Memberikan pemahaman tentang kesuksesan yang sebenarnya bukan penindasan diri sendiri ataupun orang lain, sehingga tercipta kesuksesan yang nyaman untuk diri sendiri dan orang lain. Dengan dorongan dari kecerdasan spiritual diharapkan mempunyai semangat untuk memberikan kebaikan. Semangat yang harus terus ada, seperti Firman Allah:

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. QS Ar Ra’d 13:11.

Kecerdasan spiritual dalam kaitannya dengan kehidupan sosial, sebagai penopang pemikiran untuk menuju kehidupan sosial yang dinamis dan terkondisi. Untuk membangun kecerdasan sosial manusia Allah telah menciptakan sebuah sistem yang mungkin tidak disadari manusia terutama umat muslim. Yaitu melalui mekanisme shalat berjamaah, shalat berjamaah di rumah atau masjid adalah gambaran kehidupan lokal, shalat Jum’at adalah gambaran kehidupan regional, shalat ‘Idhul Fitri dan ‘Idhul Adha adalah gambaran kehidupan nasional, dan shalat jamaah saat melaksanakan ibadah haji adalah gambaran kehidupan internasional. Dalam shalat berjamaah memberikan gambaran dan pelajaran penting yaitu bagaimana kehidupan itu harus bersinergi dan berkolaborasi dari berbagai tingkatan dan skala kolaborasi. Berbagai hal dalam shalat yang sebenarnya harus di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari adalah, kesamaan tujuan dan visi, saling mengisi, keteraturan organisasi, kesamaan persepsi dan prinsip, saling mendukung, saling mengingatkan prinsip, pertemuan rutin, dan demokrasi. Apabila seseorang telah menggunakan kecerdasan spiritual dalam konteks sosial kehidupannya, maka ketenangan dan kebaikan bersama akan diperoleh. Itulah sebenarnya makna perintah Rosul tentang shalat berjamaah, sesuai dengan hadist Rousulullah SAW:

“Aku berkeinginan sungguh-sungguh menyuruh orang bershalat, melakukannya dengan yang lain (berjamaah), kemudian aku cari orang-orang yang berjamaah…” HR Bukhari dan Muslim.

“Shalat jamaah lebih baik daripada shalat sendirian dengan 27 kali lipat.” HR Bukhari dan Muslim.

3. Kesimpulan

Kecerdasan spiritual ( Spiritual Quotient) adalah pusat dari kecerdasan manusia. Kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding yang lain. Segala macam bentuk kesuksesan, ilmu pengetahuan, dan kehidupan sosial harus mempunyai landasan kecerdasan spiritual yang baik untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan tidak menimbulkan kerusakan atau bencana bagi manusia dan alam sekitarnya.

1 komentar:

  • stubbornspectacles on 24 January, 2014 06:29

    Mbak, bs tuliskan daftar pustakanya?
    Lagi nyari referensi SQ untuk proposal penelitian mbak.

  • Post a Comment

    About Me

    My photo
    Sleman, Yogyakarta, Indonesia
    Saya seorang mahasiswi di sebuah pts di yogyakarta,semester akhir. saya berasal dari kota kecil dari daerah jawa timur,dengan membawa harapan besar.

    Followers